Secara simbolik, kehadiran les plank pada rumah adat menunjukkan keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan. Ukiran yang mengalir di sepanjang tepi atap menggambarkan filosofi hidup masyarakat Melayu yang menghargai keseimbangan dan harmoni. Bagi masyarakat setempat, rumah yang indah dengan les plank yang terukir rapi bukan hanya menunjukkan status sosial, tetapi juga mencerminkan karakter pemilik rumah—yaitu orang yang beradat, beriman, dan berperasaan halus. Dalam konteks ini, keindahan fisik bangunan berpadu erat dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Menariknya, keindahan motif les plank tidak hanya berhenti pada arsitektur rumah adat, tetapi juga berkembang menjadi sumber inspirasi bagi karya seni modern, seperti batik Bengkulu. Motif les plank yang dipadukan dengan unsur flora khas daerah, seperti bunga Rafflesia dan bunga bangkai, kini menjadi identitas visual batik Bengkulu yang dikenal di tingkat nasional. Transformasi ini menunjukkan kemampuan masyarakat Melayu Bengkulu dalam mengadaptasi simbol-simbol tradisional ke dalam bentuk seni kontemporer, tanpa kehilangan makna filosofis dan akar budayanya. Dengan demikian, les plank menjadi jembatan antara warisan masa lalu dan kreativitas masa kini. Hingga kini, les plank masih dipertahankan pada beberapa bangunan tradisional dan rumah modern di Bengkulu sebagai bentuk pelestarian identitas lokal. Pemerintah daerah dan komunitas budaya juga mulai mengangkat kembali motif les plank dalam kegiatan pelatihan, penelitian, dan festival seni untuk memperkenalkan nilai-nilai estetika dan simboliknya kepada generasi muda. Melalui upaya tersebut, les plank tidak hanya menjadi ornamen arsitektur semata, melainkan juga ikon budaya yang menegaskan keindahan, kecerdasan, dan kearifan masyarakat Melayu Bengkulu dalam memaknai kehidupan.